![]() |
"Apa Kabar Potehi" Karya Ari Mendrofa |
Apa Kabar Potehi
Durasi: 20 menit
Produser: Ari Mendrofa
Sutradara: Ari Mendrofa
Penata Visual: Ari Mendrofa, Patar Pribadi
Penyunting: Ari Mendrofa
Produksi: Ari Mendrofa, 2014
Potehi adalah wayang kantong yang terbuat dari kain. Wayang
Tionghoa ini telah dikenal sejak zaman Dinasti Tsang Tian ribuan tahun lalu.
Potehi dibawa ke Indonesia oleh perantau Tionghoa awal abad ke-16. Namun petualangannya
di negeri ini tergolong payah. Ia sempat menghilang selama lebih dari tiga dekade
dan nyaris punah di telan zaman.
Kini, wayang yang selalu mengangkat kisah sejarah negeri Tiongkok
ini masih dapat dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Semarang, seorang
dalang senior bernama Thio Tiong Gie berusia 81 tahun masih setia memainkannya.
Sementara di Surabaya, Ki Dalang Sukar Mujiono (keturunan Jawa) berjuang
melestarikan Potehi agar tetap kukuh menghadapi perubahan. Keduanya menjadi
sahabat karib bagi Potehi. Sebaliknya, bagi keduanya, Potehi membuat mereka selalu tampak gagah di
atas pentas.
![]() |
"Jamu Laut" karya Andi Hutagalung |
Jamu
Laut
Durasi: 39.16 menit
Produser: Tengku Ryo
Sutradara: Andi Hutagalung
Penata Visual: Ridho Golap, Sukanda, Andi
Penyunting: Galunk
Produksi: Media Identitas, 2014
Kesulitan para nelayan mendapatkan
tangkapan membuat masyarakat dan Kesultanan Serdang menggelar kegiatan Ritual
Adat Jamu Laut. Tiga atau lima tahun sekali masyarakat berkumpul, berdoa,
memohon kepada Allah SWT supaya mereka dijauhkan dari segala marabahaya,
agar hasil tangkapan setiap melaut
melimpah ruah, juga sebagai ungkapan
rasa hormat kepada sesama makhluk hidup.
"Penderes dan Pengidep" karya Achmad Ulfi |
Penderes
dan Pengidep
Durasi: 30 menit
Produser: Yudhi Fiansyah
Sutradara: Achmad Ulfi
Penata Visual: Lutfi Utami
Penyunting: Achmad Ulfi
Produksi: Papringan Pictures-SMA Kutasari
Purbalingga, 2014
Di sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga,
Suwini, ibu tiga anak, menyempatkan ngidep
atau membuat bulu mata palsu untuk dijual. Sementara Suwitno, suaminya, setiap pagi dan sore naik-turun 21 pohon
kelapa sewaan untuk mengambil air nira. Nira adalah bahan baku pembuatan Gula
Jawa. Meski rasanya manis, Gula Jawa tak serta-merta membuat penderes (pembuat gula) dapat merasakan manisnya hidup.
Tapis Temakai
Adat Bubay
Durasi: 20 menit
Produser: I Made Karma
Sutradara: Wisnu Wijaya
Penata Visual: Wisnu Wijaya
Penyunting: Haan Lahandue
Produksi: Inuh Picture, 2014
Kain Tapis merupakan kearifan lokal di Lampung. Ia adalah pusaka budaya dalam
bentuk tenun sulam yang patut dilestarikan. Dalam beberapa dekade ini perkembangan
kain Tapis Lampung mengalami gelombang naik. Upaya pelestariannya dibarengi
dengan pengembangan secara modern. Pembuatan Kain Tapis yang masih menggunakan
teknik manual yang membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan kini diupayakan untuk dapat ditangani
dengan teknik modern yang lebih cepat
dan efisien.
Film ini menceritakan tentang dinamika para perajin Kain Tapis
Lampung baik dari masalah produksi kain, pemasaran, hingga fungsinya sebagai
kain adat yang sudah mengalami pergeseran nilai.
![]() |
"Tumiran" karya Vicky Hendri Kurniawan |
Tumiran
Durasi: 45 menit
Produser: Vicky Hendri Kurniawan
Sutradara: Vicky Hendri Kurniawan
Penata Visual: Lutfi Setiyawan
Penyunting: Arief Budiman
Produksi: Vicky Hendri Kurniawan, 2014
Tumiran adalah seorang lelaki yang memiliki
garis keturunan lurus dengan pelaku awal ritual Keboan. Tumiran sendiri telah menjadi pelaku ritual Keboan sejak ia masih remaja. Pada 1992 Tumiran
merantau ke Lombok. Di situ ia menyabung hidup sebagai seorang nelayan. Penghasilan
yang tidak menentu membuat kehidupan ekonomi Tumiran menjadi penuh masalah. Namun
dengan segala daya upaya Tumiran yang kini
telah berusia 63 tahun selalu berupaya untuk melewati semua itu agar dapat
pulang kembali ke kampungnya dan menjadi pelaku ritual Keboan.