![]() |
Adegan dalam "The Man Comes Around" |
Selain berfungsi untuk memberikan suasana baru di dalam kota, visualisasi mural juga memberi dampak lain kepada masyarakat yang melihatnya, yakni semacam pendidikan sosial dan pembelajaran ide-ide tentang kesenirupaan. Sebagai sebuah komunikasi sosial mural dapat menyampaikan berbagai gagasan yang mengekspresikan aspirasi rakyat. Ia merupakan media yang sangat mudah dan murah untuk digunakan sebagai salah satu instrumen komunikasi publik.
![]() |
Suasana Pemutaran "The Man Comes Around" |
Kesederhaaan pilihan gaya ucap dalam sebagian besar mural membuat pesan yang terkandung di dalamnya cepat dipahami oleh masyarakat. Hal itu membuat masyarakat dapat dengan cepat dapat merumuskan sikap apakah akan menuruti pesan itu atau tidak. Sebagai contoh, mural yang mengampanyekan pesan anti kekerasan, langsung dapat menangkap pesan itu dengan mudah. Begitu pun pesan tentang anti-korupsi, kepedulian terhadap Orang Dengan HIV/AIDS, dan sebagainya.
![]() |
Sebagian Penonoton |
Tentang Seni Mural
Mural adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang datar lainnya. Kata muural sendiri berasal dari kata ‘murus’ (Bahasa Latin) yang berarti dinding. Mural telah dikenal jauh sebelum peradaban modern. Diduga bentuk ekspresi ini telah dimulai sejak 30 ribu tahun sebelum Masehi yang ditandai dengan sejumlah gambar prasejarah pada dinding gua di Altamira (Spanyol) dan Lascaux (Prancis) yakni lukisan aksi berburu, meramu, dan aktivitas religius. Ini oleh banyak ilmuwan sini dianggap sebagai bentuk mural generasi pertama.
Di era modern, mural mulai berkembang pada tahun 1920-an di Meksiko. Pelopornya antara lain Diego Rivera, Jose Clemente Orozco, dan David Alfaro. Dalam catatan sejarah Mural, Pemerintah yang menyokong pembuatan mural secara besar-besaran sebagai proyek negara adalah Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1930. Proyek tersebut bermula dari usulan seniman George Bidle kepada presiden AS Roosevelt untuk membuat seni publik dalam skala nasional dengan melibatkan pada seniman di negara tersebut. Maka, pada 1933, lahirlah proyek mural pertama dengan nama Public Work of Art Project (PWAP) dan didanai pemerintah negara bagian. Proyek ini berhasil menghadirkan 400 mural dalam tempo tujuh bulan.
![]() |
Lomba mural di sela acara pemutaran |
Tahun 1970-1990 Mural mulai memperlihatkan eksistensinya kembali melalui seorang seniman imigran AS yang bernama Basquiat. Dia secara diam-diam membuat grafiti di setiap sudut-sudut kota dan di stasiun dengan tulisan S.A.M.O. Hal ini kemudian menginspirasi banyak seniman lain untuk berkarya di ruang publik. Salah satu seniman yang terpengaruh adalah Keith Flaring yang kemudian banyak mengerjakan dan dianggap sebagai seniman mural selama kariernya.
Di Indonesia pembuatan mural kerap dipadukan dengan seni graffiti. Walaupun mural lebih mengutamakan gambar dan graffiti hanya tulisan, tetapi ketika keduanya dipadukan maka kesan seninya menjadi lebih menonjol.
![]() |
Adih Saputra |
![]() |
Penampilan grup musik hip-hop "Gold Voice" |
Pemutaran “The Man Comes Around” adalah pemutaran perdana untuk program pemutaran film secara regular yang diselenggarkan oleh Antida Sound Garden bekerjasama dengan Kelompok Pembuat dan Pecinta Film (KPPF) Denpasar. Acara ini sekaligus sebagai peluncuran Denpasar Film Festival (DFF) 2014 yang puncak acaranya akan digelar pada bulan Agustus mendatang. Untuk memeriahkan, serangkaian dengan acara pemutaran film digelar lomba mural yang melibatkan anak-anak muda Kota Denpasar. Sebelum sesi pemutaran film, Gold Voice, tampil dengan amat memukau. Gold Voice adalah salah satu kelompok music hip pop terhebat di Bali.
The Men Comes Around
Durasi : 26 meit
Produser : Novanda Fibrianti
Sutradara: Adih Saputra
Penata Kamera : Maharani
Penyunting : Ardini Faradila
Produksi : 2013
Cine Garden #01
Putar Film: "The Man Comes Around" karya Adih Saputra (Yogyakarta)Narasumber: Adih Saputra (Sutradara)
Performer: Gold Voice (Hip Hop)
Lokasi: Antida Sound Garden, Denpasar
Waktu: Sabtu, 8 Pebruari 2014
![]() |
Adih Saputra bersama Anom Antida (tengah) dan para penggerak DFF |