Di kalangannya, kelahiran
Purbalingga, 3 Juli 1997 ini dikenal pendiam. Namun semua rekannya mahfum bahwa
pelajar SMA Kutasari Purbalingga ini memiliki kemauan yang sangat keras untuk menguasai
segala hal ihwal mengenai produksi film. Karena itu ia bergabung dengan
Papringan Pictures, nama dari ekstra kulikuler
sinematografi di SMA yang bersangkutan.
Saking getolnya, ia tergolong anggota
yang paling aktif sehingga ketika kesempatan terbuka, ia pun didapuk sebagai ketua
dari ekstra kurikuler tersebut. Sejak itu Ulfi, demikian ia akrab disapa,
semakin mantap dalam proses membuat film. Bahkan, pelajar yang kini duduk di kelas
XII itu menjadikan film sebagai hobi utamanya.
Selain “Penderes dan Pengidep”, film lain yang telah ia produksi adalah
“Gang Selingkuh” (fiksi) yang ia
produksi bersama teman-temannya pada 2013.
Andi Hutagalung
Kelahiran
Ajamu, 5 Oktober 1979, ini adalah alumni jurusan Planologi Institut Teknologi
Medan (ITM). Mulai belajar dan menggeluti media audio visual di Bitra Media
Sindycation (BMS) pada 2006. Sekarang bekerja pada mediaidentitas.co.id.
Sebagai pembuat film dokumenter Andi Hutagalung
pernah memenangi berbagai penghargaan.
“Ulos Batak untuk Indonesiaku” menjuarai
Festival Film Pendek Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sumatera Utara 2009, “Go Green With Mangrove” memenangi Source of
Indonesia 2010, “Opera Batak” tampil
sebagai juara II Festival Film
Dokumenter Bali (FFDB) 2011, “Permata di Tengah Danau” dinobatkan sebagai film
terbaik FFDB @012 dan The SBM (School Broadcasting of Media) Golden Lens
Internasional Documentary Film Festival, 2012.
Di tengah kesibukannya bekerja, Andi Hutagalung menyempatkan
bersama teman-temanya membangun Komunitas Film Sumatera Utara (KOFI SUMUT).
Ari Y. Mendrofa
Alumni
jurusan Desain Komunikasi Visual di Universitas Maranatha Bandung ini belajar
media audio-visual secara otodidak. Meski begitu, sejak 2011 ia sudah dengan tegas menetapkan
diri untuk secara serius menekuni produksi film, khususnya film dokumenter. Ketertarikannya
pada dokumenter berawal ketika ia selama setahun menjadi kontributor foto pada “Warisan Indonesia”, sebuah majalah
tentang seni dan budaya Indonesia.
Setelah sempat membuat “Gift To Beloved Dad” (Film Pendek, 2011) dan
“Gambara Photo Award Flores Bangkit” (TVC, teaser dan video dokumenter, 2012),
Ari memproduksi “Apa Kabar Potehi” (Film dokumenter, 2014). Ari sangat menyukai
traveling dan antusias untuk mendokumentasikan keragaman etnis, budaya, serta
kearifan lokal di Indonesia.
Pande
Gede Wisnu Wijaya
Kelahiran Metro, Lampung, 8 Februari
1991, ini adalah Sarjana Desain Komunikasi Visual dari Fakultas Seni Rupa (FSR)
Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Sejak Februari 2013 aktif sebagai Art
Director pada Trengginas Artvertentie, sebuah komunitas perfilman di
Yogyakarta, sembari melanjutkan pendidikan pada program Desain Grafis Pascasarjana
ISI Yogyakarta. Sebagai
peminat kebudayaan Nusantara, Pande menjadi partisipan aktif dalam “Dieng
Culture Festival #5 2014”, sebuah acara
budaya tahunan masyarakat Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. “Tapis Temakai
Adat Bubay” adalah film dokumenter yang ia buat karena ketertarikannya untuk
melestarikan nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi pembuatan tekstil di tanah
kelahirannya, Lampung.
Vicky Hendri Kurniawan
Lahir di
Banyuwangi 16 Maret 1991. Saat ini sedang berstudi di Program Studi Film dan
Televisi Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Tertarik pada produksi film sejak
2009 saat terlibat dalam Praktik Kerja Profesi semasa berstudi di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di mana saat itu ia ditempatkan di salah satu televisi
lokal di Surabaya. Pada 2010 Vicky mulai memproduksi film pendek bersama
teman-teman kuliahnya. Karyanya
dokumenter pertamanya, “Macaca Fascicularis – Di Balik Tabir Monyet Ekor
Panjang” (2013), terpilih dalam 11 Film
Unggulan Denpasar Film Festival (DFF)
2013. Hal itu memberinya semangat untuk
terus berkarya dalam film dokumenter dan lahirlah film
dokumenter berikutnya bertajuk “Tumiran”.


