![]() |
Suasana pemutaran "Danau Gulma" |
“Melalui film ini saya mengingatkan bahwa jika Pemerintah dan Masyarakat Bali tidak memberi perhatian serius pada masalah ini, akan terjadi krisis air di Bali Selatan. Dan ini merupakan ancaman besar bagi Bali di masa depan,” paparnya dalam diskusi seusai pemutaran film tersebut.
Menurut Oka, berdasarkan amatannya selama produksi “Danau Gulma” ketidakpedulian dan ketidaktahuan merupakan faktor terbesar yang menyebabkan kualitas lingkungan di Danau Batur mengalami degradasi.
![]() |
Adegan dalam "Danau Gulma" |
Selain Oka, dalam diskusi yang dipandu oleh Maria Ekaristi tersebut hadir Sastrawan Cok Sawitri yang memberi wawasan mengenai posisi Danau Batur secara kosmologis dan pengaruhnya dalam kebudayaan Bali.
Cok Sawitri memaparkan bahwa ada sesuatu yang mengikat ‘ingatan’ mengenai hubungan air dengan diri, air dengan manusia, dan air dengan alam sendiri. Menurutnya, Danau Batur sejak berabad-abad lampau telah memberi ‘makanan-minuman’ bagi orang Bali tidak saja dalam pengertian jasmaniah, tetapi juga jasmaniah.
Cok mengutip beberapa sumber untuk memaparkan keutamaan Danau Batur bagi Bali. Satu di antara sumber yang dikutipnya adalah “Rontal Prakempaning Pura Ulun Danu” yang memaparkan tentang fatwa agar segenap Punggawa (Pejabat pemerintah Daerah) di Bali memperhatikan kelestraian Danau Batur yang penanda terpentingnya adalah Pura Ulun Danu.
Menurut sumber yang dikutip Cok, jika seorang raja (pemimpin) lalai terhadap keberadaan Pura Ulun Danu (baca: Danau Batur) mereka akan terkena kutukan Dewi Danu. Negerinya akan boros, wabah penyakit tidak henti-henti, sang pemimpin kehilangan wibawa, negeri akan hancur, segala macam tanaman rusak, percekcokan tak henti-henti.
“Ini merupakan bhisama atau fatwa yang mengikat ke dalam dan ke luar batin masyarakat Bali. Karena itu Orang Bali tak dapat ingkar terhadapnya,” ujar Cok.
Sebagaimana acara Cine Garden sebelumnya, selain pemutaran dan diskusi film, acara dimeriahkan oleh pementasan musik. Grup musik yang tampil kali ini adalah “Nosstress”, kelompok band anak muda yang tengah naik daun di Bali. Dengan gayanya yang sangat komunikatif di depan lebih dari 200 hadirin yang terdiri dari pembuat dan pecinta film serta para pecinta kesenian lainnya, grup ini menampilkan lagu-lagu bertema lingkungan dan kritik sosial lainnya.**