KATEGORI UMUM
Sutradara: Galih Seta Dananjati
Produser: Dea Chessa Lana Sari Penata
Visual (DOP): Kurniawan Adi Putra
Penyunting (Editor): Agus Sudarmaja
Produksi:
2015
Durasi : 24 menit
Empat wanita berbeda usia berjuang
menghadapi penyakit mematikan, Lupus. Mereka berbagi kisah tentang hidup mereka
bersama lupus dan tantangan-tantangan yang mereka hadapi.
Bella dengan usahanya untuk meraih masa
depan, Sagung dengan problematika masa remajanya, Pande dengan dilema
pekerjaannya, dan Jesi dengan kebersamaannya bersama anak dan suaminya.
Mereka tak mau berputus asa sebab selalu
ada hikmah di balik cerita-cerita kehidupan.
Sutradara: Bowo Leksono
Produser: Dimas Jayasrana
Penata Visual (Dop): Nanki Nirmanto
Penyunting (Editor): Nanki Nirmanto
Produksi: CSF – CJI, 2014
Durasi : 25 Menit 43 Detik
Mollo merupakan wilayah teritori masyarakat
di jantung Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Terletak di kaki pegunungan Mutis.
90 persen orang Mollo adalah petani,
peternak, dan pekebun secara subsisten dengan bergantung pada air hujan. Orang
Mollo menjadikan alam sebagai panduan hidup.
Desa Morodemak berada di Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Orang-orang Morodemak berprofesi sebagai nelayan,
petambak, pedagang, buruh, dan petani sawah tadah hujan. Para istri-istri
nelayan menggeluti profesi pasca tangkap, seperti pedagang ikan, pengolah
produk-produk ekonomis berbahan baku ikan dan beberapa di antaranya juga
nelayan skala kecil.
Sutradara: Diyah Verakandhi
Produser: Adih Saputra
Penata Visual (DOP): Diyah Verakandhi
Penyunting (Editor): Adih Saputra
Produksi: ADV Production, 2014
Durasi: 20 menit
Kota Yogyakarta berada di antara Gunung
Merapi dan Laut Selatan. Di tengah kota
ini terbentang garis imajiner lurus yang menghubungkan Gunung Merapi dan Pantai
Parangkusumo. Pada garis imajiner tersebut terdapat sumbu filosofis yang
dibangin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Sumbu-sumbu filosofis tersebut meliputi
Panggung Krapyak, Alun-alun Selatan, Kraton, Alun-alun Utara, dan Tugu Yogya.
Pada semua sumbu filosofis itu terdapat pemaknaan yang berhubungan dengan
keberadaan Gunung Merapi, Yogyakarta, dan Pantai Parangkusumo. Pemaknaan
tersebut lebih mengarah pada proses kelahiran manusia hingga perjalanan sucinya
menghadap Tuhan Yang Maha Esa berikut godaan duniawi yang terdapat di sepanjang
perjalanan tersebut.
Diyakini, jika memahami dan menghayati
secara benar filosofi tersebut, semua warga yang hidup di Kota Yogyakarta akan
hidup tentram dan sejahtera.
Sutradara: Gede Seen
Produser: Gede Seen
Penata Visual (DOP): Lusi
Penyunting (Editor): Jordan HDV
Produksi: Komunitas Film Buleleng, 2015
Durasi: 23
menit
Gusti Made Darma, seorang kakek berusia 70
tahun, berprofesi sebagai pemburu lebah untuk menghidupi keluarganya. Profesi
ini telah ia geluti sejak anak pertamanya baru berusia Sembilan tahun. Sampai
sekarang, di usianya yang telah merangkak senja, Darma masih
menekuni pekerjaan itu.
Dalam berburu lebah, Darma tak kenal waktu.
Ia kerap berburu hingga larut malam, bahkan hingga subuh. Dari hasil berburu
lebah ini, Darma mendapat beberapa botol madu asli yang kemudian dijualnya
untuk biaya hidup sehari-hari, termasuk biaya bersekolah kedua anaknya.
Sampai kapankah profesi ini akan
dilakoninya? Darma sendiri tak tahu. Yang pasti pekerjaan itu telah menjadi
bagian dari kehidupan Gusti Made Dharma.
Sutradara: M. Iskandar Tri Gunawan
Produser: Muzayin Nazarudin, Ali Minanto
Penata Visual (DOP): M. Iskandar Tri
Gunawan
Penyunting (Editor): M. Iskandar Tri
Gunawan
Produksi: Lab. Komunikasi UII, 2015
Durasi: 22 menit
Lasem, sebuah kecamatan di Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah, merupakan kota pusaka yang menyimpan sejarah panjang.
Lasem memiliki posisi sangat penting dalam berbagai periode sejarah Nusantara.
Terdapat sekitar 540 situs sejarah di Lasem yang berasal dari berbagai periode
sejarah, mulai dari zaman Singosari, Majapahit, Demak, Pajang, Mataram Islam,
masa kolonial Belanda, hingga era Kemerdekaan.
Salah satu situs penting di Lasem adalah
kompleks pemukinan Tionghoa yang dipenuhi bangunan-bangunan tua berarsitektur
Cina, yang mulai berdiri sejak tahun 1300-an. Saat ini, pemukiman tua Tionghoa
itu berada di Desa Karangturi dan Soditan. Di dua desa itu juga terdapat
Klenteng, yaitu Klenteng Cu An Kiong (Soditan) dan Klenteng Poo An Bio
(Karangturi). Yang menarik, posisi klenteng tertua di Lasem, Klenteng Cu An
Kiong, berada di tengah pesantren-pesantren yang bertebaran di Lasem.
Sebaliknya, Masjid Agung Lasem berdiri di kompleks pemukiman Tionghoa Desa
Karangturi. Ini menandakan bahwa kerukunan hidup antaragama dan antaretnis di
Lasem yang sudah terjadai sangat lama.
Kini, keberadaan cagar budaya
bangunan-bangunan Cina ini menghadapi ancaman. Banyak bangunan tua tersebut
dibongkar untuk berbagai kepentingan.
KATEGORI PELAJAR
Sutradara: Krisna Adijaya
Produser: Arya Artana, Krisna Adijaya
Penata Visual (DOP): Hendra Pradiptha
Penata Visual (DOP): Hendra Pradiptha
Penyunting (Editor): Krisna Adijaya
Produksi: Madyapadma Journalistic Park,
2015
Durasi : 10 menit
Air menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan
manusia. Namun dalam penggunaannya, air
kerap menimbulkan banyak konflik. Salah satunya adalah air di Indonesia menjadi
ladang bisnis korporasi besar. Rakyat Indonesia menjadi kehilangan air
mereka.
Sutradara: Ni Putu Ayu Novita Saraswati
Produser: Nih Luh Agnes Yoshimi Suganda
& Niswatul Ula Falqi
Penata Visual (DOP): Kadek Ayu Tania
Widyawati
Penyunting (Editor): I Gusti Ayu Ricka
Ratna Putri
Produksi: Teater Takhta SMK Saraswati 1
Denpasar, 2015
Durasi : 10 Menit 12 Detik
Umat Hindu percaya bahwa dengan melukat, mereka bisa membersihkan diri
dari hal-hal yang buruk. Mereka juga percaya bahwa dengan melukat segala
penyakit bisa membaik. Setiap air dari Tirta Empul memiliki arti sendiri dengan
tujuan-tujuan tertentu.
Sutradara: Lusiana Dewi
Produser: Lusiana Dewi
Penata Visual (DOP): Adi Wiguna
Penyunting (Editor): Jordan HDV
Produksi: SMAN 1 Banjar, Singaraja, 2015
Durasi: 15 menit
Danau Buyan, satu dari dua danau yang
berada di Desa Pancasari, saat ini kondisinya cukup memprihatinkan. Hal itu
disebabkan oleh seperlima luas danau ditutupi gulma sehingga mengalami
pendangkalan yang cukup hebat. Jika tidak ditangani serius, bukan tidak mungkin
danau akan menjadi seperti sayatan lubang kering yang menganga di tubuh Pulau
Bali. Untuk mengatasi hal tersebut seluruh komponen masyarakat di sekitas danau
melakukan upaya pembersihan. Hal ini didasari atas kesadaran akan pentingnya
sumber air ke depan demi sebuah peradaban anak cucu berikutnya.
Sutradara: Arya Artana
Produser: Ari Widiyani
Penata Visual (DOP): Krisna Adijaya
Penyunting (Editor): Krisna Adijaya
Produksi: Madyapadma Journalistic Park,
2014
Durasi : 15 menit
Film ini tentang perjuangan sebuah
komunitas subak di wilayah Bali untuk bertahan dari tekanan sektor pariwisata,
alih fungsi lahan untuk pemukiman, perkantoran dan industri. Padahal di sisi
lain keberadaan subak begitu dikagumi dan dipuji-puji dunia internasional. Bahkan
baru-baru telah mendapat pengakuan sebagai Warisan Budaya Dunia.
The
Essence Of Life: Water
Sutradara: Lawrence Bolton
Produser: Lawrence Bolton
Penata Visual (DOP): Lawrence Bolton
Penyunting (Editor): Lawrence Bolton
Produksi: Lawrence Bolton, 2015
Durasi: 5 menit
Air sangat penting karena merupakan
kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan. Air membantu makhluk hidup untuk tumbuh dan
berkembang. Tanpa air, aktivitas kehidupan akan berhenti.
Film Dokumenter ini secara keseluruhan
mengajarkan kita betapa pentingnya air bisa untuk kita dan bagaimana jika kita
menyalahgunakan air yang kita mungkin saja mengakibatkan semua peradaban akan
berlenti dan hilang.