Kemah Pelatihan Produksi Film Dokumenter 2016 Kombinasikan Edukasi, Presentasi, dan Kompetisi

Tonny Trimarsanto memaparkan materi
44 peserta terlibat dalam Kemah Pelatihan Produksi Film Dokumenter 2016 yang diselenggarakan oleh Denpasar Film Festival (DFF) di Kawasan Danau Buyan, Buleleng, 16-18 Maret 2018. Mereka sebagian besar adalah siswa-siswi SMP dan SMA Kota Denpasar yang lolos seleksi panitia. Sebagian lagi adalah siswa-siswi SMA dari Buleleng, Bangli, dan Tabanan, serta dua siswa SMA  asal Malang dan Surabaya yang berperan sebagai peserta peninjau. Kemah Pelatihan ini menghadirkan pemateri tunggal Tonny A. Trimarsanto, seorang pegiat film yang telah memenangi sedikitnya lima penghargaan internasional di  bidang film dokumenter. Adapun materinya  adalah pengetahuan lengkap tentang produksi film dokumenter dari sejak persiapan (pra produksi), perekaman gambar (produksi), hingga penyuntingan (pasca produksi). Oleh panitia, materi dan jadwal penyampaiannya selama tiga hari berturut-turut disusun sedemikian rupa sehingga seimbang antara teori dan praktek. Dengan demikian, semua peserta akan mendapat mendapat pemahaman yang lengkap tentang produksi film dokumenter dari hulu hingga hilir.

'Hunting' untuk praktek produksi
Mengenai keterlibatan personil TNI dalam pelatihan ini, Widharma menjelaskan bahwa semua itu bermula dari upaya pendekatan yang dilakukan oleh para sesepuh DFF saat merancang kegiatan ini. Saat mencanangkan program kemah pelatihan dan meminta dukungan dari berbagai pihak, rupanya Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) IX Udayana tertarik dengan konsep pelatihan ini dan terpanggil untuk mengulurkan bantuan seperti tenda, velbed, sarana transportasi, dan perlengkapan berkemah lainnya.

“Setelah membaca konsep pelatihan dan menyimak paparan dari sesepuh kami, Bapak Kasdam memandang penting pelatihan ini dan  menginstruksikan jajarannya untuk mengikutinya.  Instruksi tersebut ditindak lanjuti oleh Danrem dengan memerintahkan para Komandan Kodim di seluruh Bali mengirimkan seorang personelnya untuk turut terlibat dalam pelatihan,” papar mahasiswa jurusan Film dan Televisi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.

Dana Stimulan
Lesehan menerima materi
Melengkapi penjelasan, Maria Ekaristi, sekretaris DFF mengatakan bahwa agar seluruh materi pelatihan tercerap secara baik, panitia mewajibkan seluruh peserta memproduksi film dokumenter berdurasi dua menit dengan tema kehidupan masyarakat petani dan pedagang di sekitar Kawasan Danau Buyan. Karya-karya peserta tersebut kemudian dibedah bersama-sama untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangannya masing-masing.

Khusus bagi peserta asal Denpasar, berbekal pengetahuan yang didapat dari pelatihan ini mereka diwajibkan untuk memproduksi  film dokumenter berdurasi dua hingga lima menit tentang air dan pusaka budaya di Kota Denpasar. Untuk produksi tersebut, setiap kelompok mendapat dana stimulan produksi sebesar Rp2juta.  Selanjutnya karya-karya tersebut dinilai dan dikompetisikan antar mereka. Yang terbaik akan ditunjuk untuk mewakili Kota Denpasar dalam ajang kompetisi film dokumenter yang diselenggarakan oleh Organisasi Kota-kota Pusaka Dunia (OWHC) yang berpusat di Kanada.

“Ini adalah upaya kami mengombinasikan pelatihan produksi film dokumenter, program hibah dana produksi (grant), dan mempromosikan para talenta muda ke kancah Internasional,” terang Maria.**

Sesi presentasi

Olahraga pagi

Pose jelang perpisahan