Salah satu karya dari esai foto yang dipamerkan |
Adapun peserta yang terpilih tersebut adalah Prema Nugraha siswa SMAN 3 Denpasar menampilkan foto esai berjudul “Falakhi si Tukang Vermak”, Muhammad Thomas Irsyad (SMA Albanna Denpasar - Hari-hari Nursiyatin), Pradana Kusuma (SMAN 3 Denpasar - Turun Sang Penjaga Lontar), Aditya Effendy (SMKN 1 Denpasar - Petani Garam di Pantai Utara), Komang Gede Dimas Bagus Aditya (SMK Negeri 1 Denpasar - Sekelumit Kisah di Pelataran Pura Jaganatha), M. Fayyadh Aldian (SMKN 1 Denpasar - Satu Sudut di Kampung Jawa).
Benang merah yang mengikat tema karya-karya yang ditampilkan ini adalah “Fotografi sebagai Saksi”.
Pameran Foto Esai Project 88 yang digelar di Denpasar Art Space - Gedung Merdeka Lantai 1 Jl. Surapati, Denpasar, Bali, ini berlangsung pada tanggal 5-15 September 2017. Pameran dibuka oleh Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara.
Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter
Di sela-sela pameran foto esai Project 88 diselenggarakan pemutaran karya-karya unggulan pada Lomba Film Dokumenter DFF 2017. Sebanyak 22 film dokumenter diputar di situ. Film-film tersebut adalah lima film unggulan kategori , lima film unggulan kategori pelajar, dua film tamu.
Adapun karya-karya unggulan untuk kategori adalah: “Jalan Sunyi Keadilan” (Ismayanti, , Jakarta), “Udin dan Cerita Kecil Lainnya” (Donny P. Herwanto, Jakarta), Anak Koin (Chrisila Wentiasri, Bandar Lampung), Perahu Sandeq (Gunawan Hadi Sucipto, Jogja), 1880 MDPL (Riyan Sigit Wiranto / Miko Saleh, Aceh).
Sedangkan untuk kategori pelajar adalah “Pengukur Ukuran” (Rizky Achmad Fadil, Denpasar), “Penambang Pasir Citanduy” (Dwi Novita Sari, Majelang), “ROB” (Fatimatuz Zahra, Pekalongan), “Urut Sewu” (Dewi Nur Aeni, Karanggayam), dan “Balian Spiritual” (Aldi Bagus Anom Prasetyo, Denpasar).
Diputar pula 10 film pelajar yang mengikuti seleksi untuk menjadi Duta Denpasar dalam lomba Film Dokumenter yang diselenggarakan oleh Organisasi Kota-kota Pusaka Dunia (Organsation of World Heritage Cities - OWHC).
Sebagai pembuka, diputar film tamu karya BW Purbanegara (Yogyakarta) berjudul “Digdaya Ing Bebaya” yang berkisah tentang ketangguhan tiga perempuan lansia membersihkan kampungnya dari puing dan material sisa letusan Gunung Merapi. Film ini memenangi SILVER AWARD pada Vidsee Juree Awards 2016 Institut Francais d'Indonesia di Jakarta. BW Purbanegara hadir dalam acara pemutaran ini.
Film Unggulan DFF 2017
Kategori Umum
1. Jalan Sunyi Keadilan (Ismayanti, Jakarta)
2. Udin dan Cerita Kecil Lainnya (Donny P. Herwanto, Jakarta)
3. Anak Koin (Chrisila Wentiasri, Bandar Lampung)
4. Perahu Sandeq (Gunawan Hadi Sucipto, Jogja)
5. 1880 MDPL (Riyan Sigit Wiranto/Miko Saleh, Aceh)
Kategori Pelajar
1. Pengukur Ukuran (Rizky Achmad Fadil, Denpasar)
2. Penambang Pasir Citanduy (Dwi Novita Sari, Majelang)
3. ROB (Fatimatuz Zahra, Pekalongan)
4. Urut Sewu (Dewi Nur Aeni, Karanggayam)
5. Balian Spiritual (Aldi Bagus Anom Prasetyo, Denpasar)
Lomba Resensi Film Dokumenter
Untuk turut mengembangkan literasi dalam perfilman Indonesia, DFF menyelenggarakan lomba resensi film bagi para jurnalis, pecinta film, blogger, dan masyarakat umum di Bali. Karya merupakan resensi terhadap film dokumenter yang disiapkan panitia dan telah dimuat di media cetak atau online (blog atau fecebook). Karya akan dinilai oleh dewan juri yang dikepalai oleh Bre Redana, wartawan senior Harian Kompas.
Film dokumenter yang diresensi adalah film unggulan dan film tamu DFF 2017 yang diputar pada 5-8 September 2017. 8. Resensi sepanjang 4000 – 6000 karakter tersebut dikirimkan melalui e-mail denpasarfilmfestival@gmail.com paling lambat 8 September 2017 pukul 22.00 Wita.