Usia 10 Tahun, DFF Ganti Nama Menjadi DDFF


Menandai penyelenggaraan ke 10, Denpasar Film Festival (DFF) menegaskan diri untuk memfokuskan diri pada film dokumenter dan mengganti namanya dengan  Denpasar Documentary Film Festival (DDFF). Bukan sekedar perubahan nama, namun juga cara pandang atas film dokumenter, baik di Indonesia maupun dunia.


Hari ini semua orang berkesempatan untuk merekam dan menceritakan ulang berbagai macam fenomena di keseharian kita. Dari urusan politik yang bikin kening berkerut, hingga galaksi mana yang teleskop Hubble temukan. Dari persoalan kemanusiaan, hingga perkara unboxing handphone terbaru oleh Youtuber ternama. Atau soal anak muda sopir truk yang  membuat vlog  viral dan kemudian menjadi selebriti yang ditunggu-tunggu banyak orang untuk foto bersama. Semua boleh bicara. DDFF ingin menangkap narasi-narasi kecil keseharian manusia. Peradaban dunia dilihat dari persoalan mikrobiotik.


Tahun ini DDFF mengawali langkahnya dengan membuat acara “road to” berupa kemah pelatihan film dokumenter dan pemutaran regular film dokumenter di Tukad Badung dengan nama "Bioskop Tukad". 


Program itu disusul dengan kompetisi film dokumenter yang melibatkan pegiat dokumenter di seluruh Indonesia. Kompetis dibagi menjadi dua kategori yakni Umum dan Pelajar. Selanjutnya  Pelatihan Skoring Musik untuk Film Dokumenter dengan instruktur Robi Navicula (Ubud) dan Sosialisasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dengan pemateri Gunawan Paggaru dari Badan Perfilman Indonesia (Jakarta).


Untuk Kompetisi Film Dokumenter, pada Kategori Juri terdiri dari Rio Helmi (Fatografer Senior, Bali), Putu Fajar Arcana (Redaktur Kompas, Jakarta), dan Agung Sentausa (Badan Perfilman Indonesia, Jakarta).  Sedangkan untuk Kategori Pelajar juri terdiri dari Warih Wsatasana (Budayawan, Denpasar), Ayu Diah Cempaka (Pegiat Kajian Cinema, Denpasar), dan Puja Astawa (Vlogger, Jimbaran).


“Khusus untuk Sosialisasi SKKNI, kami sengaja gelar mengingat banyak pekerja film kita khususnya yang bergiat di bidang dokumenter belum memiliki sertifikat profesi. Padahal dalam persaingan global ke depan hal itu sangat diperlukan,” Ujar Ekaristi, Direktur Festival. ***


.